...


BANDUNG, MUSEUM KAA -- Museum KAA kini resmi memiliki maskot. Maskot itu berupa empat karakter. Mereka adalah Abah, Ambu, Eneng dan Ujang.


Abah berarti bapak. Sedangkan Ambu adalah ibu. Lalu, Eneng kata sapaan untuk anak perempuan. Sebaliknya, Ujang kata sapaan untuk anak laki-laki. Selanjutnya, mereka dinamai Keluarga Abah Ambu (disingkat dengan KAA).


Keluarga Abah Ambu merupakan personifikasi keluarga bangsa Asia dan Afrika. Sosok Abah dan Ambu secara fisik tampak berbeda, khususnya dari warna kulit. Abah memiliki warna kulit yang agak gelap, sementara Ambu tampak berkulit terang.


Perbedaan lahir yang mencerminkan bangsa Asia dan Afrika, namun dengan segenap perbedaan itu, Abah dan Ambu pada kenyataannya menyatu dalam sebuah keluarga yang bahagia. Adapun Eneng dan Ujang, adalah sosok cucu dari Abah dan Ambu. Mereka anak-anak yang senang belajar, dan juga mencintai ilmu sejarah.


Eneng dan Ujang dekat dengan Kakek dan Nenek (Abah dan Ambu) mereka, serta sering bepergian bersama sambil belajar tentang sejarah masa lalu, untuk menginspirasi cita-cita mereka di masa depan.


Secara umum, gambaran Keluarga Abah Ambu adalah representasi dari semangat kekeluargaan, kebersamaan, kehidupan dari generasi ke generasi, yang mana melalui semangat kekeluargaan itu, maka nilai-nilai luhur yang dianut oleh generasi masa lalu, dapat terus dilestarikan hingga generasi mendatang.


Begitu pula nilai-nilai Konferensi Asia Afrika, yang melambangkan kebersamaan bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menuju Asia dan Afrika yang maju. Nilai-nilai yang sarat solidaritas dan kebersamaan, untuk satu tujuan besar, yaitu pemajuan perdamaian dunia.


Maskot ini diluncurkan Kepala Museum KAA Dahlia Kusuma Dewi dalam kesempatan Peringatan Hari Anak Nasional sekaligus sebagai kegiatan penghujung Peringatan 67 Tahun KAA di Ruang Utama Gedung Merdeka, Sabtu (23/7) pukul 13.00-16.00WIB. Dalam acara itu, selain Maskot turut pula diluncurkan Komik tentang Keluarga Abah dan Ambu yang merupakan saksi sejarah Konferensi Asia dan Afrika.


Komik ini terdiri atas 75 lembar cerita bergambar. Tiap lembarnya menggambarkan kehidupan sehari-hari sosok Abah dan Ambu. Kedua cucunya Eneng dan Ujang kerap mendengar kisah sejarah KAA yang dituturkan Abah. Kebiasaan Abah ini tak ubahnya peran Museum KAA yang mengemban visi pewarisan Nilai-nilai KAA kepada publik, terutama generasi muda.


Secara filosofis intisari maskot ini membawa pesan pentingnya merawat keluarga yang harmonis. Keluarga menjadi tempat nilai-nilai kebaikan diwariskan kepada anak cucu di masa depan. Keadaan itu sejalan dengan Museum KAA yang berkomitmen mempromosikan Nilai-nilai KAA.


Sementara ini, komik baru tersedia dua jilid. Ke depannya, sesuai rencana komik itu akan terus dikembangkan dalam jilid-jilid baru. Pasalnya, komik Keluarga Abah Ambu dinilai layak sebagai media belajar baru untuk mempelajari sejarah KAA.


Ide maskot ini tidak datang dari ruang hampa melainkan dari proses diskusi yang mendalam antara Museum KAA dan Sahabat Museum KAA. Proses kreatif komik dan maskot melibatkan tak sedikit peran para anggota Sahabat Museum KAA. Kolaborasi itu telah mempertemukan ide dan kreativitas yang bermuara pada komik dan maskot.


Dalam peluncuran itu, acara juga dimeriahkan dengan konser Sahabat Museum KAA. Konser ini mengusung tema Art Speaks Louder Than Words - Suara Anak Negeri.


Sedikitnya sepuluh penampil menyajikan bakat talenta seni budaya. Di antaranya, Guriang SMKAA, Arumba Awi, Abah Omtris, MF Dwi Laksana (CCL), Canda Syaqila (CCL), Tifal Band (ATC Widyatama), Lugi Basuki (ATC Widyatama), Raihan (ATC Widyatama), Indrany (YAC), dan Bob Etnik Studio.


Tayangan tunda perhelatan ini dapat disaksikan publik secara daring melalui akun YouTube @AsiAfricaMuseum.


Museum KAA sebagai unit pelaksana teknis di Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik senantiasa mengembangkan inovasi media dan strategi belajar untuk mempromosikan Nilai-nilai KAA dan sekaligus mendukung diplomasi publik berbasis nilai-nilai unggul Indonesia.


Sumber: Museum KAA